Makalah Pengantar Bisnis Manajemen Pemasaran Dan Budaya Perusahaan Buchari Alma

                                                                             BAB I
                                             PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan  hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan  pasar. Dalam era persaingan usaha yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam persaingan pasar akan memberikan perhatian penuh pada strategi pemasaran yang dijalankannya . Produk – produk yang dipasarkan dibuat melalui suatu proses yang berkualitas akan memiliki sejumlah keistimewaan yang mampu meningkatkan kepuasan konsumen atas penggunaan produk tersebut. Dengan demikian pelanggan mau dan rela untuk kembali menikmati apa yang ditawarkan oleh perusahaan dan menjadi pelanggan yang setia bagi perusahaan. Sedangkan untuk dapat mendistribusikan kualitas dibidang jasa merupakan hal yang tidak mudah. Oleh karena itu, dalam proses pendistribusian barang kepada konsumen harus ada perhatian penuh dari manajemen pemasaran paling atas hingga karyawan level bawah .

Salah satu masalah pokok yang menjadi kendala dalam pemasaran adalah banyaknya saingan didalam pasar itu sendiri baik dari produk sejenis maupun dari produk lain. Hal tersebut merupakan tanggung jawab besar yang harus dimenangkan oleh suatu perusahaan jika ingin tetap eksis didalam persaingan bisnis. Persaingan yang semakin tajam dan perubahan-perubahan yang terus terjadi harus dapat dijadikan pelajaran oleh manajemen pemasaran agar dapat secara proaktif mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi baik untuk masa sekarang dan akan datang.



                                                                      BAB II
                                       PEMBAHASAN


2.1 Manajemen Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan pada konsep inti, yaitu : kebutuhan, keinginan dan permintaan; pasar, pemasaran dan pemasar.
Tujuan Pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk yang di jual akan cocok sesuai dengan keinginan pelanggan,sehingga produk tersebut dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang harus di fikirkan selanjutnya adalah bagaimana membuat produk tersebut tersedia.

2.1.1    Perkembangan Pengetauan Pemasaran
 Pada zaman daulu keadaan ekonomi masi langka, dikatakan pengtahuan marketing belum diperlukan, karena semua barang dan jasa yang diproduksi habis dikonsumsi oleh kelompok sendiri. Akan tetapi hakekat pemasaran itu sendiri sudah ada sejak zaman dulu. Bahkan pada kehidupan flora dan fauna pun sudah ada pemasaran. Misalnya setangkai bunga mengeluarkan bau harum, yang mengundang kumbang untuk menghisap sari madunya, kemudian menyebar luaskan bibit-bibit bunga ke daerah lain. Demikian pula binatang yang makan buah-buahan dan menyebarkan biji buah ke daerah lain, sehingga biji buah hidup di tempat lain.

Akhirnya seiring dengan kemajuan perekonomian dari economics of scarity berubah ke economics of relative plenty , maka para produsen membutuhkan pengetahuan pemasaranyang makin lama makin canggih pula taktik dan strateginya.

Dengan berkembangnya pemasaran maka berkembang pula lah jenis barang dan jasa yang dihasilkan. Demikian pula makin banyak barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Jika zaman dulu orang belum mengenal televisi, komputer, deodoran, fast food, dan sebagainya, maka sekarang orang mencari dan membutuhkan barang tersebut. Oleh sebab itu pemasaran memberi sumbangan besar terhadap meningkatnya barang dan jasa yang diperlukan sehingga meningkatkan kemakmuran masyarakat.


2.1.2    Pentingnya Pemasaran
Mengapa sebuah proses pemasaran menjadi sesuatu yang sangat penting bagi sebuah kelangsungan usaha bisnis? Berikut ini beberapa alasan penting yang membuat pemasaran menjadi sebuah kebutuhan utama usaha bisnis untuk bisa terus eksis dan berkembang:

    1. Pemasaran untuk menginformasikan sebuah produk kepada konsumen
Tanpa adanya proses pemasaran, maka konsumen tidak akan tahu tentang sebuah produk yang Anda hasilkan. Pemasaran yang semakin gencar akan membuat semakin banyak orang yang tahu dengan produk usaha bisnis Anda, dan kemungkinan besar ketertarikan para pelanggan akan memperbesar angka penjualan perusahaan Anda. Terlebih jika Anda memiliki sebuah produk yang unik dan memiliki kualitas dan nilai inovatif, maka sangat penting melakukan upaya marketing atau pemasaran yang maksimal.

    2. Menjelaskan fungsi, manfaat dan keunggulan sebuah produk usaha atau layanan
 Melalui proses marketing, Anda bisa menjelaskan kepada konsumen mengenai fungsi sebuah produk, manfaat, keunggulan, cara penggunaan dan sebagainya yang berkaitan dengan produk. Karena kemungkinan besar konsumen akan tertarik membeli produk atau layanan Anda setelah mendengarkan fungsi, manfaat, keunggulan serta cara penggunaan yang benar dari produk bersangkutan. Di sinilah peran pemasaran itu sangat dirasakan, semakin luas pemasaran yang Anda lakukan, maka akan semakin banyak jumlah konsumen yang mengetahui informasi produk usaha Anda.

    3. Menginformasikan sebuah produk atau layanan baru kepada konsumen
Meskipun orang telah cukup mengenal perusahaan Anda, pemasaran tetap penting dilakukan apabila Anda menghasilkan sebuah produk baru yang dihasilkan perusahaan bisnis Anda. Informasi tersebut dilakukan melalui upaya marketing promosi yang terus menerus kepada para konsumen.
            Pentingnya sebuah pemasaran di dalam usaha bisnis bahkan bisa menjadi penentu berkembang tidaknya sebuah usaha. Memiliki sumber daya manusia di bidang pemasaran yang handal akan sangat menentukan sebuah keberhasilan usaha yang Anda kelola. Menekankan pada upaya pemasaran akan semakin lengkap jika diimbangi dengan pemaksimalan kualitas produk usaha atau layanan jasa.

2.1.3    Ruang Lingkup Pemasaran
Pemasaran menurut para ahli, ruang lingkupnya terbatas pada bidang bisnis saja. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, aktivitas pemasaran tidak lagi sekedar beruanglingkup dibidang bisnis saja, tetapi jangkauannya telah melebar keberbagai dimensi yang lain. Dewasa ini, pemasaran tidak lagi dugunakan oleh koorporat bisnis saja, tetapi organisasi-organisasi social kemasyarakatan atau departemen-departemen pemerintah juga menggunakannya. Jadi, pemasaran tidak terbatas dalam dunia bisnis saja, tetapi mempunyai makna kemasyarakatan yang luas.

            Sebenarnya, para pelaku pemasaran melaksanakan usaha pemasaran dari 7 jenis wujud yaitu:
1.    Organisasi
Pemasaran organisasi ditujukan untuk menaikkan nama dan citra organisasinya di mata masyarakat umum. Dan tugas suatu organisasi adalah utuk mengatur kegiatan-kegiatan dengan baik, manajer juga harus menentukan komposisi struktur organisasinya. Disini organisasinya juga bertanggung jawab pada : perencanaan dan perdagangan barang, periklanan, riset pemasaran, analisis dan pengawasan penjualan, perencanaan saluran, territorial dank outa, pengawasan persediaan, penjadwalan produksi, serta distribusi.
2.    Pasar
Adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk berbelanja dan kemauan untuk membelanjakannya atau suatu tempat yang dianggap mempunyai nilai jual yang tinggi akan berusaha untuk memasarkan tempatnya. Misalnya suatu kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah.
4.    Produk
Produk yang dimaksud disini adalah semua barang dan jasa yang dihasilakn atau diproduksi oleh suatu perusahaan dan kemudian memasarkannya.
5.    Saluran
Saluran yang digunakan produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industry.
6.    Penentuan
Ada dua pendekatan pokok dalam penentuan harga jual yaitu : pendekatan biaya dan pendekatan pasar atau persaingan.
7.    Promosi dan periklanan
Jika dikatakan bahwa marketing adalah ilmu yang dinamis, itu memang benar adanya. Sejarah teori dan konsep marketing selalu mengikuti perubahan struktur social dan ekonomi masyarakat. Kemunculan ide-ide baru yang memperkaya ilmu marketing terus berkembang seiring revolusi besar peradaban manusia. Mungkin masih banya yang belum tahu bahwa peradaban bisnis modern berkembang sejak adanya revolusi industry di tahun 1900. Revolusi ini benar-benar mengubah tatanan struktur dan perilaku masyarakat pada saat itu. Bisnis yang tadinya berciri merkatilis (berdagang) kemudian berubah menjadi kapitalis. Kekuatan modal dipergunakan untuk membangun pabrik dan organisasi perusahaan memperoduksi barang, dan memperdagangkannya.
           
            Pada proses ini munculah pandangan-pandangan baru tentang bagaimana perilaku pasar terjadi dan bagaimana sebuah lembaga menjalankan kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal-hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya ilmu peraktik manajemen bisnis, termasuk marketing. Boleh jadi, ilmu marketing ketika itu memang menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang tidak bisa diakomodasikan oleh ilmu ekonomi yang telah berkembang terlebih dahulu. Marketing awalnya tak lebih dari aktivitas bisnis yang sederhana. Para eknomi pun hanya memasukkannya sebagai salah satu bentuk aktivitas ekonomi.

            Namun, pendekatan yang lebih berciri sosiologis kemudian menunjukan adanya pengembangan dari institusi (lembaga) yang disebut sebagai “market” dalam bahasa ekonomi. Pendekatan sosiologis melihat institusi market isa dilihat sebagai institusi social dibandingkan ekonomi. Artinya, di market bukan hanya tempat bertemunya supply dan demand. Market adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Market merupakan sebuah system social dimana kebutuhan setiap pihak akan materi tertentu akan bertemu.

            Pada waktu itu, konsumsi dianggap sebagai akhir dari kegiatan produksi di sunia ekonomi. Demikian halnya dengan istilah “value”. Ilmu ekonomi meletakan value berhubungan dengan penambahan input dari factor-faktor produksi. Padahal di dunia bisnis, value juga mencangkup sesuatu yang intangible seperti palayanan. Pendekatan marketing juga mempertanyakan apakah market dipengaruhi hanya oleh purchasing power (daya beli) masyarakat? Lebih jauh dari itu, para praktisi bisnis melihat bahwa market bukan sekadar dipengaruhi oleh daya beli, tetapi juga keinginan membeli yang ipengaruhi oleh iklan dan tenaga penjual. Advertising muncul lebih dulu kabarnya kelas pertama dari pelajaran marketing diberikan oleh ED jones pada tahun 1902 di university of muchigan dan kemudian oleh simon litman di university of California pada tahun yang sama. Saat itu, pemikiran marketing masih berfokus pada masalah distribusi. Ini sesuai dengan ciri industry tahap awal yang berfokus pada distribusi masal.

            Namun, pengembangan pemikiran awal teori marketing justru banyak bermunculan dari universitas seperti Wisconsin, Harvard, ohio state, university of Illinois dan torthwestern university. Sebenarnya, walaupun belum dimasukkan dalam disiplin ilmu marketing, pemikiran tentang dunia iklan sudah lebih dulu ada. Buku history of advertising sudah muncul pada tahun 1875. Demikian pula halnya engan selling sudah mendahului pengembangan ilmu marketing itu sendiri. Selling awalnya hanya sekadar sebuah seni menjual, tetapi kemudian dijadikan sebuah formula untuk dipelajari dan dianalisis. Mulanya pendekatan marketing memang menyangkut tiga elemen : advertising, selling dan distribusi. Namun, banyak pemikiran yang kemudian menambahkan elemen lain dalam marketing, yakni : komoditas, institusi, dan fungsional. Artinya marketing menyangkut pula soal produk, organisasi pemasaran dan juga proses serta kegiatan.

            Untuk elemen distribusi, berkembang pula pemikiran baru yang disebut retailing sejak tahun 1914. Nystrom pada waktu itu menulis literature ritel bukan saja dari sisi proses distribusi, tapi juga manajemen ritel. Dengan banyaknya tambahan elemen-elemen baru dalam marketing, maka ilmu marketing kemudian masuk ke dalam tahapan integerasi. Pada tahap ini para pemikir dan ilmuan mencoba menggabungkan berbagai ilmu, litelatur serta elemen yang berdiri sendiri menjadi sebuah konsep yang terintegerasi. Buku priciples of marketing pertama muncul lewat tangan paul ivey pada tahun 1920-an. Buku ini menggabungkan semua teori dan pemikiran yang berkembang didunia marketing. Tetapi, yang lebih mengemuka kemudian adalah buku priciples of marketing karangan maynard, weidler dan Beckman. Berbeda dibandingkan ivey yag berfokus pada sisi pengusaha, buku ini ebih berfokus pada sudut pandang konsumen. Teori marketing belum berakhir dengan dimunculkannya buku-buku tadi. Pada decade-dekade berikutnya masuklah berbagai unsur yang memperkaya marketing. Ilmu-ilmu psikologi dan social mulai masuk. Demikian pula dengan konsep seperti segmentasi baru hadir belakanga setelah muncul konsep-konsep lain seperti marketing mix (4p). elemen-elemen dalam marketing sendiri mengalami perkembangan. Sebagai contoh, ilmu advertising semakin berkembang dengan masuknya media-media baru seperti televise yang mulai popular pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an dan 1970-an ilmu marketing justru memecahkan diri kedalam berbagai diferensiasi (kekhususan) seperti internasional marketing, social marketing, marketing for non-profit organization dan lain-lain. Konsep social responsibility juga menjadi salah satu konep yang sudah mulai terbentuk pada tahun 1970.

2.1.4    Evolusi Konsep Pemasaran
            Secara sederhana dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran berarti bagaimana seseorang menggunakan ilmu manajemen dalam usaha pemasaran. Ini berarti mengaplikasikan fungsi-fungsi manajemen dalam pemasaran, agar tujuan pemasaran dapat tercapai secara memuaskan. Oleh philip kotler dinyatakan bahwa manajemen pemasaran ialah kegiatan menganalisa, merencana, mengimplementasikan dan mengawasi segala kegatan guna mencapai tingkat pemasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
            Pada dasarnya terdapat 5 konsep dasar manajemen pemasaran yang diajarkan. Penjualan dan manajemen pemasaran telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Dasar dari proses produksi barang telah berkembang dari memproduksi barang yang produsen inginkan dan sekarang memproduksi barang yang konsumen inginkan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan dari berbagai konsep manajemen pemasaran.
            Pentingnya pemasaran dalam proses kegiatan usaha telah meningkat selama bertahun-tahun. Dimana awalnya barang yang dijual atas dasar apa yang ingin dijual oleh produsen. Namun zaman sekarang ini, produsen harus memperhatikan kebutuhan, tuntutan, dan kebutuhan dari konsumen. Konsumen akan menemukan orang yang memenuhi kebutuhan tersebut dan beralih kepadanya. Akibatnya, produsen sebelumnya akan menderita kerugian. Mari kita melihat ke dalam konsep dasar manajemen pemasaran yang membantu produsen untuk mengukur apa yang akan diproduksi dan berapa banyak untuk diproduksi.

1.    Konsep produksi
Konsep produksi massal muncul dari keyakinan dan bukti bahwa barang dalam permintaan tinggi dan akan dibeli. Ide dasarnya adalah untuk mengidentifikasi produk apakah yang paling banyak digunakan oleh konsumen. Melakukan penelitian dan melalui langkah-langkah dasar dari proses riset pemasaran dan mencari tahu apa saja produk yang akan selalu memiliki permintaan. Kemudian mulailah memproduksi produk dalam skala besar dan menjualnya dengan harga rendah serta mengumpulkan keuntungan melalui penjualan yang besar. Mengapa harga harus rendah? Memang benar bahwa akan selalu ada permintaan untuk produk, tapi ingat, konsumen akan lebih memilih membeli produk yang sama dari penjual lain, yang menawarkan harga lebih rendah.

2.    Konsep produk
Dari konsep di atas, jelas bahwa konsumen tidak akan membeli sesuatu jika mereka bisa mendapatkannya dengan harga yang lebih rendah di tempat lain. Selain itu, selalu diingat bahwa konsumen juga tahu tentang kualitas produk. Jadi, konsumen juga akan mengukur kualitas produk, terutama jika mereka mendapatkannya dengan harga yang sangat rendah. Jadi, pastikan bahwa produk yang anda jual tahan lama, memiliki nilai yang baik dan menawarkan fitur kualitas yang hebat. Konsumen tidak bodoh. Jika dia merasa ditipu, maka dia tidak akan kembali. Jadi fokuslah pada kualitas produk.


3.    Konesp Penjualan
Menjual produk adalah salah satu pekerjaan paling sulit dalam bisnis. Anda dapat menghasilkan produk, pasar dan, beriklan, tapi benar-benar membuat konsumen membayar anda dan membeli produk adalah tugas berat. Oleh karena itu, jiwa dari bisnis harus terletak pada promosi penjualan yang kuat. Ketika konsumen melihat produk anda, maka mereka akan berpikir untuk membelinya atau tidak. Untuk ini maka harus menerapkan penjualan dengan metode promosi yang berbeda-beda sehingga dapat berkonsentrasi pada penjualan maksimum dalam waktu minimum. Hal ini akan menyebabkan omset naik cepat dan memperoleh keuntungan.

4.    Konsep Pemasaran
Metode promosi yang berbeda akan menentukan bisnis. Jika strategi pemasaran gagal, maka hanya akan memiliki sedikit keuntungan yang bisa diharapkan. Untuk menjamin penjualan yang cukup baik dan setidaknya keuntungan marjinal, organisasi bisnis harus mengikuti salah satu konsep yang sangat sederhana dan mendasar. Mereka harus ingat bahwa konsumen adalah raja. Strategi yang diterapkan adalah fokus sepenuhnya untuk membuat konsumen merasa penting dan sangat istimewa. Produk harus dipasarkan sedemikian rupa sehingga konsumen harus merasa bahwa suatu produk telah dibuat khusus untuknya, dan hal itu adalah terbaik yang akan dia dapatkan. Anda akan memiliki loyalitas pelanggan dan mereka akan memiliki kepuasan mendapatkan produk yang sangat baik.

5.    Konsep Pemasaran Kemasyarakatan

Untuk membuat produk anda mempunyai keunggulan dan berada di sisi yang lebih aman, haruslah fokus bahwa produk anda akan mendapatkan tempat dalam masyarakat. Kesejahteraan masyarakat termasuk dalam daftar tujuan produksi, diikuti dengan kepuasan konsumen dan kemudian keuntungan perusahaan. Ini adalah urutan yang harus dipelihara dan diperhatikan melalui strategi pemasaran juga

2.2 Budaya Perusahaan
            Budaya Perusahaan adalah budaya organisasi yang berlaku di sebuah perusahaan. Apa yang dimaksud dengan budaya organisai dinyatakan oleh Kotler (2000:42) sebagai berikut : A company’s organization consist of its structures, policies, and corporate culture, all of which can become dysfunctional in a rapidly changing business environmment. Sebuah organisasi perusahaan terdiri dari atas struktur, kebijakan, dan budaya perusahaan, semuanya bisa tidak berfungsi dalam lingkungan perusahaan yang cepat berubah. Struktur perusahaan serta kebijakannya dapat berubah mengikuti situasi, namun  budaya perusahaan agak sulit mengikuti.
            Kemampuan merubah budaya perusahan merupakan kunci keberhasilan menyusun dan melaksanakan strategi perusahaan untuk masa depan. Biasanya budaya sebuah perusahaan atau organisasi sudah terbentuk sejak lama, sudah terbiasa, sudah mendarah daging, jadi kadang-kadang sulit untuk dirubah. Apanya yang sulit berubah ? Inilah yang dikatakan budaya, yang sulit dikatakan, tapi dapat dirasakan dna dilihat, yaitu semacam cerita, kepercayaan, keyakinan, pengalaman, norma, yang merupakan ciri khas sebuah perusahaan. Misalnya jika kita memasuki sebuah area perusahaan maka akan terasa dan terlihat bagaimana suasana, bagaimana cara karyawan, atau lingungan perusahaan menyambut tamu, cara mereka berpakaian, memberi salam, cara bicara, cara kerja sibuk, santai dsb. Dalam hal ini contoh dari pimpinan akn ditiru langsung oleh karyawan. Jadi faktor pemimpin sangat berpengaruh terhadap pembentukan budaya perusahaan.
            Budaya organisasi yang terbentuk dalam sebuah perusahaan sangat tergantung pada visi dan misi organisasi dan ini melekat pada pimpinan organisasi itu sendiri. Budaya ini akan membentuk perilaku keseluruhan personal perusahaan, yang dapat memperkuat nilai-nilai atau memperlemah nilai-nilai dalam bekerja. Nilai-nilai ini akan digunakan sebagai pedoman dalam organisasi yang kelak dapat membuat sebuah organisasi tampil beda dengan organisasi yang lain.
            Budaya organisasi dapat membuat karyawan gairah, disiplin, suka, memiliki moral tinggi atau sebaliknya, tidak bergairah, tidak disiplin, santai, atau malas, selalu mengharap imbalan dsb. Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang akan membuat perbedaan pula dalam cara mereka berperilaku. Adakalanya budaya organisasi merupakan sesuatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat berpengaruh terhadap pikira, perasaan, dan tindakan seseorang dalam bekerja.
            Dalam organisasi bisa dilihat perangkat keras dari sebuah budaya seperi adanya struktur, kebijakan, peraturan, teknologi, keuangan, yang dapat diawasi dan di ukur. Namun ada pula perangkat lunak yang tidak tampak, yang bersifat kejiwaan menyangkut sisi kemanusiaan dari organisasi, seperti nilai, kepercayaan, keyakinan, norma-norma, kebiasaan yang sudah mendarah daging, yang sulit dikuantifisir, sulit diawasi, dan sulit dirubah.
            Robbins (1996:206) menyatakan : Organzation culture refers to a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organizations. Budaya organisaisi berarti sistem nilai dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya.
            Budaya organisasi berarti sistem nilai dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggotaa organisasi yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya. Dalam berbagai literatur banyak dikemukakan pengertian budaya organisasi, yang secara umum dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi ialah keteraturan perilaku yang dapat dilihat, pada saat orang berinteraksi, seperti menggunakan kata-kata, simbol-simbol, mimik, kualitas kerja, penghargaan terhadap atasan atau bawahan.
            Contoh simbol-simbol misalnya seperti yang sering diceramahkan oleh Dai kondang Aa Gym yaitu hendaklah kita melaksanakan simbol berikut dalam pergaulan : SENYUM, SALAM, SAPA, SOPAN, SANTUN.
            Simbol – simbol tersebut dapat pula dijadikan budaya pada sebuah perusahaan, bila akan melayani tamu yang berkunjung keperusahaan. Lontarkan senyum terlebih dahulu, ucapkan salam dan sapa. Kemudian diikuti dengan tatacara yang sopan dan santun.
            Ada pula sebuah perusahaan yang mengutamakan simbol-simbol Keamanan, Kebersihan, Keinahan, Kesopanan dan Kepribadian dalam tata interaksi di perusahaannya. Manajemen sebuah perusahaan dapat saja menciptakan simbol-simbol lain yang harus dibudidayakan agar diikuti dan dibiasakan secara umum, misalnya simbol-simbol kerja keras, efisien, ikhlas, ihsan, kaizen (Jepang = unending improvement) tepat waktu, akurat, dsb.
               

        Pusdik Pertamina dalam Aan Komariah, (2004:191) menyatakan bahwa secara tipologis budaya organisasi dapat dibedakan :
1.    Academy, yaitu budaya organisasi yang menekankan pada spesialisasi jabatan. Tipe ini menghendaki karyawn berasal dari suatu Perguruan Tinggi yang terkenal yang akan dididik dan ditempatkan pada suatu bidang kerja yang profesional;
2.    Club, dalam hal ini budaya organisasi menjadi senioritas, loyalitas, komitmen dan pengalaman sebagai ciri khas budaya organisasi;
3.    Baseball Team, mencari bakat-bakat muda yang dapat memberikan sumbanga yang cemerlang bagi kemajuan organisasi, tidak mementingkan umur, tapi yang penting adalah individu yang memiliki jiwa “entrepreneur” dan inovatif;
4.    Fortress, menekankan pada kelangsungan hidup organisasi, survive melalui kepekaan terhadap tantagan-tantangan baru.

        Luthans dalam Aan Komariah (2004:25) mengemukakan ciri budaya organisasi sebagai berikut :
1.    Peraturan yang berlaku yang harus dipenuhi
2.    Norma-norma
3.    Nilai-nilai yang dominan
4.    Filosofi
5.    Aturan-aturan
6.    Iklim organisasi

            Ciri utama yang dominan dalam budaya organisasi diatas adanya pereturan, norma, aturan-aturan dan nilai-nilai. Kemudian dilihat pula iklim organisasi, suasana hubungan interaktif antar personil, atasan – bawahan, dan antara karyawan sendiri. Sedangka landasan filosofis adalah dasar hakiki yang dianut oleh para pemilik/ pendiri perusahaan tentang pandangan hidupnya, masa depan perusahaan, visi dan misi yang melandasi perilaku organisasi sebuah lembaga.
   

        Iskandar Kasim (2004;3) menyatakan bahwa paling penting sedikit ada sepuluh aspek organisasi yang akan membentuk Budaya Organisasi, baik itu merupakan Badan Usaha, Instansi Pemerintah atau lembaga lainnya yaitu:
1.    Peraturan dan Kebijakan
2.    Tujuan dan Ukuran
3.    Kebiasaan dan Norma
4.    Pelatihan
5.    Perilaku Manajemen
6.    Upacara dan Kejadian
7.    Penghargaan dan Pengakuan
8.    Komunikas
9.    Lingkungan
10.    Struktur Organisasi

            Kesepuluhan komponen ini, tidak perlu semuanya ada, tapi tergantung pada organisasinya, namun juga tidak satu komponenpun yang dapat berdiri sendiri membentuk Budaya Organisasi. Budaya Organisasi merupakan campuran dari aspek-aspek diatas.
            Melalui peraturan dan kebijaksanaan, Kebiasaan dan Norma serta Pelatihan, akan dapat membentuk suatu sikap dari seluruh personalyang ada diperusahaan. Demikian pula perilaku manajemen, upacara dan kejadian, penghargaan dan pengakuan, merupkan kebisasaan-kebiasaan yang diberlakukan dalam perusahaan akan menjadi panutan bagi seluruh karyawan yang kejadiannya akan berulang setiap periode tertentu.
            Komunikasi, Lingkungan, serta Struktur organisasi akan memperlihatkan bagaimana organisasi berhubungan dengan orang-orang baik internal maupun publik eksternal. Kebiasaan yang dilakukan dalam omunikasi ini akan menimbulkan kesan pada publik yang akan membuat image terhadap budaya organisasi itu sendiri.



                                              BAB III
                                           PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.1.1. Manajemen Pemasaran
Dari pembahasan makalah ini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa untuk dapat memenangkan persaingan dalam pemasaran terlebih dahulu manajemen pemasaran harus mengetahui situasi apa yang sedang dialami oleh perusahaan sebelum menentukan strategi apa yang yang cocok digunakan untuk menghadapi situasi tersebut.

3.1.2. Budaya Perusahaan
Jadi, Budaya Perusahaan adalah budaya organisasi yang berlaku di sebuah perusahaan. Biasanya budaya sebuah perusahaan atau organisasi sudah terbentuk sejak lama, sudah terbiasa, sudah mendarah daging, jadi kadang-kadang sulit untuk dirubah.
Perbedaan latar belakang budaya dari setiap orang akan membuat perbedaan pula dalam cara mereka berperilaku. Adakalanya budaya organisasi merupakan sesuatu kekuatan yang tidak tampak, tapi sangat berpengaruh terhadap pikira, perasaan, dan tindakan seseorang dalam bekerja.
Fungsi budaya organisasi adalah Membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, meningkatkan sense of identity anggota, meningkatkan komitmen bersama, menciptakan stabilitas sistem sosial, membuat mekanisme pengendalian yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.

1 komentar:

Author
avatar
Balas